Saturday, December 5, 2009

PERAWATAN KOLOSTOMI

Pengertian
• Sebuah lubang buatan
yang dibuat oleh dokter
ahli bedah pada dinding
abdomen untuk
mengeluarkan feses (M.
Bouwhuizen, 1991)
• Pembuatan lubang
sementara atau permanen
dari usus besar melalui
dinding perut untuk
mengeluarkan feses
(Randy, 1987)
• Lubang yang dibuat
melalui dinding abdomen
ke dalam kolon iliaka
untuk mengeluarkan feses
(Evelyn, 1991, Pearce,
1993)
Jenis – Jenis Kolostomi
Kolostomi dibuat
berdasarkan indikasi dan
tujuan tertentu, sehingga
jenisnya ada beberapa
macam tergantung dari
kebutuhan pasien.
Kolostomi dapat dibuat
secara permanen maupun
sementara.
• Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi
permanen biasanya
dilakukan apabila pasien
sudah tidak
memungkinkan untuk
defekasi secara normal
karena adanya
keganasan, perlengketan,
atau pengangkatan kolon
sigmoid atau rectum
sehingga tidak
memungkinkan feses
melalui anus. Kolostomi
permanen biasanya
berupa kolostomi single
barrel ( dengan satu ujung
lubang)
• Kolostomi temporer/
sementara
Pembuatan kolostomi
biasanya untuk tujuan
dekompresi kolon atau
untuk mengalirkan feses
sementara dan kemudian
kolon akan dikembalikan
seperti semula dan
abdomen ditutup kembali.
Kolostomi temporer ini
mempunyai dua ujung
lubang yang dikeluarkan
melalui abdomen yang
disebut kolostomi double
barrel.
• Komplikasi Kolostomi
1. Obstruksi/
Penyumbatan
Penyumbatan dapat
disebabkan oleh adanya
perlengketan usus atau
adanya pengerasan feses
yang sulit dikeluarkan.
Untuk menghindari
terjadinya sumbatan,
pasien perlu dilakukan
irigasi kolostomi secara
teratur. Pada pasien
dengan kolostomi
permanen tindakan irigasi
ini perlu diajarkan agar
pasien dapat
melakukannya sendiri di
kamar mandi.
2. Infeksi
Kontaminasi feses
merupakan factor yang
paling sering menjadi
penyebab terjadinya
infeksi pada luka sekitar
stoma. Oleh karena itu
pemantauan yang terus
menerus sangat
diperlukan dan tindakan
segera mengganti balutan
luka dan mengganti
kantong kolstomi sangat
bermakna untuk
mencegah infeksi.
3. Retraksi Stoma/
Mengkerut
Stoma mengalami
pengikatan karena
kantong kolostomi yang
terlalu sempit dan juga
karena adanya jaringan
scar yang terbentuk
disekitar stoma yang
mengalami pengkerutan.
4. Prolaps Pada Stoma
Terjadi karena kelemahan
otot abdomen atau karena
fiksasi struktur
penyokong stoma yang
kurang adekuat pada saat
pembedahan.
5. Stenosis
Penyempitan dari lumen
stoma
6. Perdarahan Stoma
Tujuan
• Menjaga kebersihan
pasien
• Mencegah terjadinya
infeksi
• Mencegah iritasi kulit
sekitar stoma
• Mempertahankan
kenyamanan pasien dan
lingkungannya
Persiapan Pasien
• Memberi penjelasan
pada pasien tentang
tujuan tindakan, dll
• Mengatur posisi tidur
pasien (supinasi)
• Mengatur tempat tidur
pasien dan lingkungan
pasien (menutup gorden
jendela, pintu, memasang
penyekat tempat tidur (k/
P), mempersilahkan
keluarga untuk menunggu
di luar kecuali jika
diperlukan untuk belajar
merawat kolostomi pasien
Pendidikan Pada Pasien
Pasien dengan
pemasangan kolostomi
perlu berbagai penjelasan
baik sebelum maupun
setelah operasi, terutama
tentang perawatan
kolostomi bagi pasien
yang harus menggunakan
kolostomi permanen.
Berbagai hal yang harus
diajarkan pada pasien
adalah:
• Teknik penggantian/
pemasangan kantong
kolostomi yang baik dan
benar
• Teknik perawatan stoma
dan kulit sekitar stoma
• Waktu penggantian
kantong kolostomi
• Teknik irigasi kolostomi
dan manfaatnya bagi
pasien
• Jadwal makan atau pola
makan yang harus
dilakukan untuk
menyesuaikan
• Pengeluaran feses agar
tidak mengganggu
aktifitas pasien
• Berbagai jenis makanan
bergizi yang harus
dikonsumsi
• Berbagai aktifitas yang
boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh pasien
• Berbagi hal/ keluhan
yang harus dilaporkan
segera pada dokter ( jika
apsien sudah dirawat
dirumah)
• Berobat/ control ke
dokter secara teratur
• Makanan yang tinggi
serat
PERSIAPAN ALAT
1. Colostomy bag atau
cincin tumit, bantalan
kapas, kain berlubang, dan
kain persegi empat
2. Kapas sublimate/kapas
basah, NaCl
3. Kapas kering atau tissue
4. 1 pasang sarung tangan
bersih
5. Kantong untuk balutan
kotor
6. Baju ruangan / celemek
7. Bethadine (bila perlu)
bila mengalami iritasi
8. Zink salep
9. Perlak dan alasnya
10. Plester dan gunting
11. Bila perlu obat
desinfektan
12. bengkok
13. Set ganti balut
PERSIAPAN KLIEN
1. Memberitahu klien
2. Menyiapkan lingkungan
klien
3. Mengatur posisi tidur
klien
PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Letakkan perlak dan
alasnya di bagian kanan
atau kiri pasien sesuai
letak stoma
4. Meletakkan bengkok di
atas perlak dan
didekatkan ke tubuh
pasien
5. Mengobservasi produk
stoma (warna,
konsistensi, dll)
6. Membuka kantong
kolostomi secara hati-hati
dengan menggunakan
pinset dan tangan kiri
menekan kulit pasien
7. Meletakan colostomy
bag kotor dalam bengkok
8. Melakukan observasi
terhadap kulit dan stoma
9. Membersihkan
colostomy dan kulit
disekitar colostomy
dengan kapas sublimat /
kapas hangat (air hangat)/
NaCl
10. Mengeringkan kulit
sekitar colostomy dengan
sangat hati-hati
menggunakan kassa steril
11. Memberikan zink salep
(tipis-tipis) jika terdapat
iritasi pada kulit sekitar
stoma
12. Menyesuaikan lubang
colostomy dengan stoma
colostomy
13. Menempelkan kantong
kolostomi dengan posisi
vertical/horizontal/miring
sesuai kebutuhan pasien
14. Memasukkan stoma
melalui lubang kantong
kolostomi
15. Merekatkan/
memasang kolostomy bag
dengan tepat tanpa udara
didalamnya
16. Merapikan klien dan
lingkungannya
17. Membereskan alat-
alat dan membuang
kotoran
18. Melepas sarung tangan
19. Mencuci tangan
20. Membuat laporan

PROSEDUR PEMASANGAN INFUS DAN TRANFUSI

Teknik
Pemasangan Infus
Pemberian Cairan
Intravena
Tujuan Utama Terapi
Intravena:
1. Mengembalikan
dan
mempertahankan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
tubuh
2. Memberikan
obat-obatan
dan
kemoterapi
3. Transfusi darah
dan produk
darah
4. Memberikan
nutrisi
parenteral
dan
suplemen
nutrisi
Keuntungan dan
Kerugian Terapi
Intravena
Keuntungan:
* Efek terapeutik
segera dapat
tercapai karena
penghantaran
obat ke tempat
target
berlangsung
cepat.
* Absorsi total
memungkinkan
dosis obat lebih
tepat dan terapi
lebih dapat
diandalkan
* Kecepatan
pemberian
dapat dikontrol
sehingga efek
terapeutik dapat
dipertahankan
maupun
dimodifikasi
* Rasa sakit dan
iritasi obat-obat
tertentu jika
diberikan
intramuskular
atau subkutan
dapat dihindari
* Sesuai untuk
obat yang tidak
dapat diabsorbsi
dengan rute lain
karena molekul
yang besar,
iritasi atau
ketidakstabilan
dalam traktus
gastrointestinalis
Kerugian:
* Tidak bisa
dilakukan “drug
Recall” dan
mengubah aksi
obat tersebut
sehingga resiko
toksisitas dan
sensitivitas
tinggi
* Kontrol
pemberian yang
tidak baik bisa
menyebabkan
“ speeed
Shock”
* Komplikasi
tambahan dapat
timbul, yaitu:
§
Kontaminasi
mikroba
melalui
titik
akses
ke
sirkulasi
dalam
periode
tertentu
§ Iritasi
Vaskular,
misalnya
phlebitis
kimia
§
Inkompabilitas
obat
dan
interaksi
dari
berbagai
obat
tambahan
Peran Perawat Dalam
Terapi Intravena
* Memastikan
tidak ada
kesalahan
maupun
kontaminasi
cairan infus
maupun
kemasannya
* Memastikan
cairan infus
diberikan secara
benar (pasien,
jenis cairan,
dosis, cara
pemberian dan
waktu
pemberian)
* Memeriksa
apakah jalur
intravena tetap
paten
* Observasi
tempat
penusukan
(insersi) dan
melaporkan
abnormalitas
* Mengatur
kecepatan
tetesan sesuai
dengan instruksi
* Monitor kondisi
pasien dan
melaporkan
setiap
perubahan
Persiapan Infus dan
Insersi Kateter pada
Vena Perifer
Persiapan Pasien
* Periksa rekam
medis untuk
mengetahui
riwayat
penyakit, alergi
dan rencana
perawatan
* Periksa ulang
perintah dokter
mengenai cairan
yang harus
diberikan dan
kecepatan
tetesan.
* Edukasi
( pendidikan)
pasien
mengenai:
§ Arti
dan
tujuan
terapi
intravena
(I.V)
§ Lama
terapi
intravena
§ Rasa
sakit
sewaktu
insersi
(penusukan)
§
Anjuran:
-
Laporkan
ketidaknyamanan
setelah insersi
(penusukan)
-
Laporkan jika kecepatan
tetesan berkurang atau
bertambah
Larangan:
-
Mengubah/ mengatur
kecepatan tetesan yang
sudah diatur
dokter/perawat
- Menarik,
melepaskan, menekan,
menindih infus set
- Sesuai
intuksi dokter, misalnya
larangan berjalan
Persiapan Peralatan
* Alat
Alat untuk kateter
I.V. / Venocath
Prinsip: Pilih alat
dengan panjang
terpendek, diameter
terkecil yang
memungkinkan
administrasi cairan
dengan benar
Lihat: Pedoman
ukuran jarum kateter
dibawah ini:
Ukuran 16
Guna: – Dewasa
-
Bedah Mayor, Trauma
-
Apabila sejumlah besar
cairan perlu diinfuskan
Pertimbangan
Perawat: – Sakit pada
insersi
- Butuh vena besar
Ukuran 18
Guna: - Anak dan
dewasa
- Untuk
darah, komponen darah,
dan infus kental lainnya
Pertimbangan
Perawat: – Sakit pada
insersi
- Butuh vena besar
Ukuran 20
Guna: – Anak dan
dewasa
-
Sesuai untuk
kebanyakan cairan infus,
darah,
komponen darah, dan
infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat:
umum
dipakai
Ukuran 22
Guna: – Bayi, anak,
dan dewasa (terutama
usia lanjut)
- Cocok
untuk sebagian besar
cairan infus
Pertimbangan Perawat:
- Lebih mudah untuk
insersi ke vena yang
kecil, tipis dan rapuh
- Kecepatan
tetesan harus
dipertahankan lambat
- Sulit insersi
melalui kulit yang keras
Ukuran 24, 26
Guna: –
Nenonatus, bayi, anak
dewasa (terutama usia
lanjut)
-
Sesuai untuk sebagian
besar cairan infus, tetapi
kecepatan tetesan lebih
lambat
Pertimbangan
Perawat:
- Untuk vena yang
sangat kecil
- Sulit insersi
melalui kulit keras
* Paket I.V line
yang berisi:
torniquet, kasa
alkohol,
povidone-iodine
(alkohol 70 %),
pisau cukur,
kasa steril,
plester, perban
* Label
* Papan untuk
lengan
* Alas/perlak
* Alat untuk
menggantung
cairan infus
* Sarung tangan
untuk mencegah
kontaminasi dari
darah dan cairan
tubuh pasien
2. Cairan
* Pastikan
kemasan dan
tipe cairan
sesuai instruksi
dokter
* Periksa
kejernihan,
kadaluarsa,
kebocoran
… cairan
bervariasi dalam warna,
tetapi tidak pernah
tampak
berawan, keruh atau
separated
… JIKA RAGU
JANGAN DIPAKAI…..!
* Dicantumkan
informasi: nama
perawat, nama
pasien, nomor
identifikasi
pasien, nomor
kamar, tanggal
dan jam
pemasangan
infus, tambahan
obat, no urut
kemasan
3. Infus Set
- Sesuai untuk
pasien dan kemasan
cairan yang akan dipakai
- Tidak ada retak,
lubang atau bagian yang
hilang
1. Infusion pump atau
infusion
controller,
jika
diperlukan
Pemilihan Tempat Insersi
Petunjuk Umum:
* Vena yang
terlihat jelas
bukan berarti
vena yang
terbaik
* Pastikan
tempat insersi
dirotasi.
Frekuensi rotasi
tergantung
bahan kateter:
- Kateter
Teflon atau Vialon perlu
diganti setiap 48-72 jam
- Kateter
Aguavene dapat
dipertahankan lebih lama
- Kateter
yang terpasang lebih dari
72 jam perlu diberi
alasan yang
didokumentasikan dalam
catatan perawatan
pasien
* Tempat insersi
perlu diganti jika
terjadi
kemerahan,
edema, nyeri
tekan, atau
filtrasi
* Pedoman
pemilihan
vena ”
- Gunakan
vena-vena distal terlebih
dahulu
- Gunakan
lengan pasien yang tidak
dominan
- Pilih vena-
vena diatas area fleksi
- Pilih vena
yang cukup besar untuk
aliran darah adekuat ke
dalam kateter
- Palpasi vena
untuk tentukan
kondisnya.
Selalu pilih vena
yang lunak,
penuh dan yang
tidak tersumbat
- Pastikan lokasi
yang dipilih tidak
akan
mengganggu
aktivitas pasien
sehari-hari
- Pilih lokasi
yang tidak akan
mempengaruhi
pembedahan
atau prosedur-
prosedur yang
akan
dilaksanakan
- Vena-vena
superficial yang
sering
digunakan untuk
infus IV pada
bayi, anak dan
dewasa
A. Bagian atas
tangan
- Metacarpal Veins
-
Dorsal Venous Arch
-
Cephalic Vein
-
Basilic Vein
B. Bagian bawah
tangan
-
Median antebrachial vein
-
Accessory Cephalic Vein
-
Median cuboital vein
-
Cephalic Vein
A. Membersihkan
Tempat Insersi
Cuci tangan, lalu
pakai sarung tangan
Jika perlu, jepit
rambut diatas insersi
agar vena lebih jelas
dan untuk
mengurangi rasa
sakit sewaktu plester
dilepas
Jangan mencukur,
karena mencukur
dapat menggores
kulit, menimbulkan
iritasi jika terkena
povidone-iodine/
alkohol dan
menimbulkan resiko
infeksi.
Bersihkan dengan
larutan povidone
iodine (atau alkohol
70 % jika alergi
terhadap iodine)
B Menstabilkan
Vena
Bila pasien
kedinginan/ badan
dingin/ pre-syok
gunakan penghangat
Untuk memperbesar
vena dapat
digunakan posisi
yang ditusuk lebih
rendah daripada
jantung. (Jika perlu
gunakan manset
tensimeter)
Pukul-pukul vena
dengan lembut
Pasien diminta untuk
membuka dan
menutup kepalan
tangan
C Berikan anastesi
lokal bila perlu
* Siapkan alat-
alat,lalu
dekatkan ke
pasien
* Cuci tangan lalu
gunakan sarung
tangan
* Pilih vena yang
paling baik
* Jika perlu, jepit
rambut yang
ada, agar vena
terlihat jelas dan
mengurangi
sakit jika plester
dilepaskan
* Bersihkan area
insersi dengan
gerakan
melingkar dari
pusat keluar
dengan larutan
antiseptik dan
biarkan
mengering
* Pasang
torniquet 4-6
inci diatas
tempat insersi
* Fiksasi vena;
letakkan ibu jari
anda diatas
vena untuk
mencegah
pergerakan dan
untuk
meregangkan
kulit melawan
arah penusukan.
* Tusuk vena;
pegang tebung
bening kateter,
bukan pusatnya:
- Metode
langsung: tempatkan
bevel jarum mengarah
ke atas dengan sudut
30-40 0 dari kulit pasien.
Tusukan searah dengan
aliran vena: rasakan
‘letupam’ dan lihat
adanya aliran darah.
Tehnik Pemasangan
Infus
metode tidak langsung:
tusuk kulit disamping
vena, kemudia
arahkan kateter untuk
menembus sisi samping
vena sampai
terlihat aliran balik
darah.
* Rendahkan
jarum sampai
hampir sejajar
dengan kulit
* Dorong kateter
ke dlam vena
kira-kira ¼ – ½
inci sebelum
melepaskan
stylet (jarum
penuntun), dan
dorong kateter
* Lepas
torniquet dan
tarik stylet
* Pasang ujung
selang infus
atau tutup
injeksi
intermitten
* Fiksasi kateter
dan selang IV
(lihat macam-
macam fiksasi)
* Atur kecepatan
tetesan infus
sesuai instruksi
dokter
* Pasang balutan
steril
* Label dressing
meliputi tanggal,
jam, ukuran
kateter dan
inisial/nama
pemasang
* Lepas
sarungtangan
dan cuci tangan
* Rapikan alat-
alat
Tehnik Fiksasi
* Metode
Chevron
- Potong plester
ukuran 1,25 cm,
letakkan
dibawah hub
kateter dengan
bagian yang
berperekat
menghadap ke
atas.
- Silangkan
kedua ujung
plester melalui
hub kateter dan
rekatkan
pada
kulit pasien
- Rekatkan
plester ukuran 2,5 cm
melintang diatas sayap
kateter dan
selang infus untuk
memperkuat, kemudian
berikan label
* Metode U
- Potong plester
ukuran 1,25 cm dan
letakkan bagian yang
berperekat dibawah
hub kateter
- Lipat setiap
sisis plester
melalui sayap
kateter, tekan
kebawah
sehingga paralel
dengan hub
kateter
- Rekatkan
plester lain diatas
kateter untuk
memperkuat.
Pastikan kateter
terekat sempurna dan
berikan label
* Metode H
- Potong plester
ukuran 2,5 cm tiga buah.
Rekatkan plester
pada sayap kateter
Dokumentasi Terapi
Intravena
Inisiasi:
1. Ukuran dan tipe
peralatan
2. Nama petugas yang
melakukan insersi
3. Tanggal dan jam
insersi
4. Tempat insersi IV
5. Jenis cairan
6. Ada tidaknya
penambahan obat
7. Kecepatan tetesan
8. Adanya pemakaian
alat infus elektronik
9. Komplikasi, respon
pasien, intervensi
perawat
10. Pasien mengerti
tindakan yang
dilakukan
terhadapnya
Maintenance
1. Kondisi tempat
insersi
2. Pemeliharaan tempat
insersi
3. Pergantian balutan
4. Pemindahan tempat
insersi
5. Pergantian cairan
dalam infus set
6. Pasien mengerti
tindakan yang
dilakukan
terhadapnya.
Penghentian
1. Jam dan tanggal
2. Alasan dihentikan
terapi IV
3. Penilaian tempat
insersi sebelum dan
sesudah alat
dilepaskan
4. Reaksi dan
komplikasi yang
terjadi pada pasien,
serta intervensi
perawat
5. Kelengkapan alat
akses vena sesudah
dipasang
6. Tindaklanjut yang
akan dilakukan (mis:
memakai perban
untuk tempat insersi,
atau melakukan
inisiasi di tungkai
yang baru)
* Tipe vena yang
harus dihindari:
1. Vena yang telah
digunakan
sebelumnya
2. Vena yang telah
mengalami infiltrasi
atau phlebitis
3. Vena yang keras dan
sklerotik
4. Vena-vena dari
ekstremitas yang
lemah secara
pembedahan
5. Area-area fleksi,
termasuk antekubiti
6. Vena-vena kaki
karena sirkulasi
lambat dan
komplikasi lebih
sering terjadi
7. Cabang-cabang vena
lengan utama yang
kecil dan berdinding
tipis
8. Ekstremitas yang
lumpuh setelah
serangan stroke
9. Vena yang memar,
merah dan bengkak
10. Vena-vena yang
dekat dengan area
yang terinfeksi
11. Vena-vena yang
digunakan untuk
pengambilan sampel
darah laboratorium
Cara Penusukan Cairan
dengan Infus Set
* kemasan infus
set
* Putar klem
pengatur
tetesan sampai
selang tertutup
* Pertahankan
sterilitas
penusuk botol
* Buka penutup
botol dengan
tehnik aseptik
atau antiseptik
* Perhatikan
arah menarik
penutup
* Tusukkan
ujung penusuk
infus set ke
botol secara
tegak lurus
dengan
menerapkan
tehnik aseptik.
Jangan diputar
* Bila
menggunakan
botol gelas,
pasang jarum
udara
* Tekan chamber
sampai cairan
terisi setengah
* Naikkan ujung
infus set sejajar
chamber
* Putar klem
pengatur
tetesan
perlahan supaya
udara mudah
keluar
* Jarak botol
dengan IV
catheter
minimal setinggi
80 cm
3 Resi

Wednesday, December 2, 2009

DIABETES MELITUS (DM)

Penyakit Diabetes
Mellitus (DM) yang juga
dikenal sebagai
penyakit kencing manis
atau penyakit gula
darah adalah golongan
penyakit kronis yang
ditandai dengan
peningkatan kadar gula
dalam darah sebagai
akibat adanya gangguan
sistem metabolisme
dalam tubuh, dimana
organ pankreas tidak
mampu memproduksi
hormon insulin sesuai
kebutuhan tubuh.
Insulin adalah salah satu
hormon yang diproduksi
oleh pankreas yang
bertanggung jawab
untuk mengontrol
jumlah/kadar gula
dalam darah dan insulin
dibutuhkan untuk
merubah (memproses)
karbohidrat, lemak, dan
protein menjadi energi
yang diperlukan tubuh
manusia. Hormon insulin
berfungsi menurunkan
kadar gula dalam darah.
Tanda dan Gejala
Diabetes Mellitus
Tanda awal yang dapat
diketahui bahwa
seseorang menderita
DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung
dari efek peningkatan
kadar gula darah,
dimana peningkatan
kadar gula dalam darah
mencapai nilai 160 - 180
mg/dL dan air seni
(urine) penderita
kencing manis yang
mengandung gula
(glucose), sehingga urine
sering dilebung atau
dikerubuti semut.
Penderita kencing manis
umumnya
menampakkan tanda
dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua
dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang
dikeluarkan lebih
banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat
merasa haus/dahaga
(Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan
atau makan banyak
(Polyphagia)
4. Frekwensi urine
meningkat/kencing
terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat
badan yang tidak jelas
sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa
pada ujung syaraf
ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah
setiap waktu
8. Mengalami rabun
penglihatan secara tiba-
tiba
9. Apabila luka/tergores
(korengan) lambat
penyembuhannya
10.Mudah terkena
infeksi terutama pada
kulit.
Kondisi kadar gula yang
drastis menurun akan
cepat menyebabkan
seseorang tidak
sadarkan diri bahkan
memasuki tahapan
koma. Gejala kencing
manis dapat
berkembang dengan
cepat waktu ke waktu
dalam hitungan minggu
atau bulan, terutama
pada seorang anak yang
menderita penyakit
diabetes mellitus tipe 1.
Lain halnya pada
penderita diabetes
mellitus tipe 2,
umumnya mereka tidak
mengalami berbagai
gejala diatas. Bahkan
mereka mungkin tidak
mengetahui telah
menderita kencing
manis.
Tipe Penyakit
Diabetes Mellitus
1. Diabetes mellitus tipe
1
Diabetes tipe 1 adalah
diabetes yang
bergantung pada insulin
dimana tubuh
kekurangan hormon
insulin,dikenal dengan
istilah Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM).
Hal ini disebabkan
hilangnya sel beta
penghasil insulin pada
pulau-pulau Langerhans
pankreas. Diabetes tipe
1 banyak ditemukan
pada balita, anak-anak
dan remaja.
Sampai saat ini,
Diabetes Mellitus tipe 1
hanya dapat di obati
dengan pemberian
therapi insulin yang
dilakukan secara terus
menerus
berkesinambungan.
Riwayat keluarga, diet
dan faktor lingkungan
sangat mempengaruhi
perawatan penderita
diabetes tipe 1. Pada
penderita diebetes tipe
1 haruslah diperhatikan
pengontrolan dan
memonitor kadar gula
darahnya, sebaiknya
menggunakan alat test
gula darah. Terutama
pada anak-anak atau
balita yang mana
mereka sangat mudah
mengalami dehidrasi,
sering muntah dan
mudah terserang
berbagai penyakit.
2. Diabetes mellitus tipe
2
Diabetes tipe 2 adalah
dimana hormon insulin
dalam tubuh tidak dapat
berfungsi dengan
semestinya, dikenal
dengan istilah Non-
Insulin Dependent
Diabetes Mellitus
(NIDDM). Hal ini
dikarenakan berbagai
kemungkinan seperti
kecacatan dalam
produksi insulin,
resistensi terhadap
insulin atau
berkurangnya
sensitifitas (respon) sell
dan jaringan tubuh
terhadap insulin yang
ditandai dengan
meningkatnya kadar
insulin di dalam darah.
Ada beberapa teori yang
mengutarakan sebab
terjadinya resisten
terhadap insulin,
diantaranya faktor
kegemukan (obesitas).
Pada penderita diabetes
tipe 2, pengontrolan
kadar gula darah dapat
dilakukan dengan
beberapa tindakan
seperti diet, penurunan
berat badan, dan
pemberian tablet
diabetik. Apabila dengan
pemberian tablet belum
maksimal respon
penanganan level gula
dalam darah, maka obat
suntik mulai
dipertimbangkan untuk
diberikan.
Kadar Gula Dalam
Darah
Normalnya kadar gula
dalam darah berkisar
antara 70 - 150 mg/dL
{millimoles/liter (satuan
unit United Kingdom)}
atau 4 - 8 mmol/l
{milligrams/deciliter
(satuan unit United
State)}, Dimana 1 mmol/
l = 18 mg/dl.
Namun demikian, kadar
gula tentu saja terjadi
peningkatan setelah
makan dan mengalami
penurunan diwaktu pagi
hari bangun tidur.
Seseorang dikatakan
mengalami
hyperglycemia apabila
kadar gula dalam darah
jauh diatas nilai normal,
sedangkan
hypoglycemia adalah
suatu kondisi dimana
seseorang mengalami
penurunan nilai gula
dalam darah dibawah
normal.
Diagnosa Diabetes dapat
ditegakkan jika hasil
pemeriksaan gula darah
puasa mencapai level
126 mg/dl atau bahkan
lebih, dan pemeriksaan
gula darah 2 jam setelah
puasa (minimal 8 jam)
mencapai level 180 mg/
dl. Sedangkan
pemeriksaan gula darah
yang dilakukan secara
random (sewaktu)
dapat membantu
diagnosa diabetes jika
nilai kadar gula darah
mencapai level antara
140 mg/dL dan 200 mg/
dL, terlebih lagi bila dia
atas 200 mg/dl.
Banyak alat test gula
darah yang
diperdagangkan saat ini
dan dapat dibeli
dibanyak tempat
penjualan alat
kesehatan atau apotik
seperti Accu-Chek, BCJ
Group, Accurate,
OneTouch UltraEasy
machine. Bagi penderita
yang terdiagnosa
Diabetes Mellitus, ada
baiknya bagi mereka
jika mampu untuk
membelinya.
Pengobatan dan
Penanganan Penyakit
Diabetes
Penderita diabetes tipe
1 umumnya menjalani
pengobatan therapi
insulin (Lantus/Levemir,
Humalog, Novolog atau
Apidra) yang
berkesinambungan,
selain itu adalah dengan
berolahraga secukupnya
serta melakukan
pengontrolan menu
makanan (diet).
Pada penderita diabetes
mellitus tipe 2,
penatalaksanaan
pengobatan dan
penanganan difokuskan
pada gaya hidup dan
aktivitas fisik.
Pengontrolan nilai kadar
gula dalam darah adalah
menjadi kunci program
pengobatan, yaitu
dengan mengurangi
berat badan, diet, dan
berolahraga. Jika hal ini
tidak mencapai hasil
yang diharapkan, maka
pemberian obat tablet
akan diperlukan. Bahkan
pemberian suntikan
insulin turut diperlukan
bila tablet tidak
mengatasi pengontrolan
kadar gula darah.

ECG(ELEKTROCARDIOGRAFI)

ECG (ElektroCardioGram)
Elektrokardiogram
(EKG) adalah grafik hasil
catatan potensial listrik
yang dihasilkan oleh
denyut jantung untuk
membantu dokter dalam
menentukan diagnosis
atau Merupakan suatu
proses untuk merekam
aktifitas listrik jantung
pada kertas grafik yang
bergerak.
Rekaman ini dibuat
dengan alat
elektrokardiograph
Elektrokardiograph
adalah suatu instrumen
yang digunakan dalam
merekan aktifitas listrik
jantung, dimana
pemasangannya di
lakukan di dada.
Rekaman EKG dapat
digunakan untuk
mendiagnosis adanya :
1. Hipertrofi atria dan
ventrikel
2. Infark miokard
3. Aritmia
4. Perikarditis
5. Efek obat – obatan
khususnya digitalis
6. Gangguan elektrolit
7. Beberapa penyakit
sistemik seperti
hipertiroid
Perawatan pasien
kardiovaskular
Pemasangan EKG pada
pasien dengan penyakit
jantung, perlu kita
perhatikan hal sebagai
berikut :
- Perhatikan respon
pasien, lihat dan
ukur tingkat
kecemasannya.
- Tirah baring (pada
pasien angina) utk
minimalkan nyeri,
lakukan dan pantau
sampai nyeri hilang.
- Pemenuhan kebutuhan
oksigen yang
maksimal, dengan
menyediakan
oksigen bagi pasien
untuk
memaksimalkan
oksigen ke dalam
jaringan.
Mesin EKG
Mesin EKG terdiri dari
komponen segai
berikut, yaitu :
a. Empat sadapan
ekstremitas
Lengan kanan
(Merah), Lengan kiri
(Kuning), Tungkai
kanan (Hijau) serta
tungkai kiri (Hitam)
b. Satu sadapan dada
Enam elektrode
berpenghisap dan
berperekat.
c. Gel Elektrode
Hal-hal yang harus
diperhatikan saat
memasang EKG
- Mesin standar 12
sadapan dapat
melakukan EKG
secara langsung,
sehingga sambung
semua sadapan
ekstremitas dan
dada sebelum
melaksanakan
pengukuran. Tetapi
biasanya diruangan,
dipakai mesin yang
satu saluran, ukur
dulu sadapan
ekstremitas lalu
sadapan dada satu
persatu.
- Sadapan ekstremitas
biasanya berlabel,
apabila tidak
sesuaikan dengan
kode warna yang
ada.Sambung
sadapan
ekstremitas dengan
tangan serta kaki
pasien. Diusakan
daerah yang tidak
berambut. Yaitu
didaerajh
pergelangan tangan
dan kaki.
- Setelah terpasang
dengan benar,
pastikan mesin
terkalibrasi dengan
baik. Dengan
mempertahankan
tombol pada angka
0. Ketinggian
rekaman awal
harus 10 kotak
kecil.
Elektrofisiologi Otot
Jantung
Muatan listrik sel otot
jantung sehat dalam
keadaan istirahat –
depolarisasi –
repolarisasi
Keadaan sel otot
Muatan listrik
Di luar sel Di dalam sel
Istirahat / repolarisasi Positif Negative
Depolarisasi negatif positif
- Fase depolarisasi yaitu
bagian yang terjadi
akibat penyebaran
rangsangan. Pada
EKG akan nampak
gelombang defleksi
penuh
- Fase repolarisasi yaitu
bagian yang terjadi
bila sel otot kembali
ke keadaan istirahat.
Pada EKG akan
nampak gambaran
isoelektris dan atau
sedikit gelombang
defleksi
Arah defleksi ditentukan
oleh :
1. Arah penyebaran
impuls depolarisasi
2. Letak elektroda
Arah
impuls
Arah
defleksi
Menuju
elektroda
(+)
Ke atas
(+)
Menjauhi
elektroda
(-)
Ke
bawah
(-)
Menuju
kemudian
menjauhi
elektroda
Bifasik
Ukuran – ukuran Dalam
Kertas EKG
Pada kertas EKG
terdapat kotak – kotak
dalam ukuran millimeter
(mm), dimana :
- 1 kotak kecil = 1
mm x 1 mm
- 1 kotak sedang = 5
mm x 5 mm
- Pada setiap 5 kotak
sedang terdapat
1 garis tanda
menunjukan
panjang kertas
EKG yaitu 5 x 5
mm = 25 mm
Pada rekaman EKG baku
telah ditetapkan bahwa:
a. Kecepatan rekaman :
25 mm/detik
b. Kekuatan voltage : 1
milivolt (mV) = 10
mm
Jadi ini berarti ukuran di
kertas EKG :
a. Pada garis horizontal
· Tiap 1 mm = 1/25
detik = 0,04
detik
· Tiap 5 mm = 5/25
detik = 0,20
detik
· Tiap 25 mm = 1,00
detik
b. Pada garis vertikal
· 1 mm = 0,10 mV
· 10 mm = 1,00 mV
SANDAPAN EKG (ECG
LEADS)
Untuk rekaman rutin
terdapat 12 sandapan,
yaitu :
a. 3 buah bipolar
standard lead (I, II
dan III)
b. 3 buah unipolar limb
lead (aVR, aVL, dan
aVF)
c. 6 buah unipolar chest
lead (V1 s.d V6)
Sandapan baku bipolar
(Bipolar standard lead
Einthoven)
· Sandapan I
Menggambarkan
perbedaan potensial
antara lengan kanan
(RA) dan lengan kiri
(LA), dimana LA
bermuatan lebih
positif dari RA
· Sandapan II
Menggambarkan
perbedaan potensial
antara lengan kanan
dan tungkai kiri (LL),
dimana LL
bermuatan lebih
positif dari RA
· Sandapan III
Menggambarkan
perbedaan potensial
antara lengan kiri
dan tungkai kiri,
dimana LL
bermuatan lebih
positif dari LA
Sandapan ekstremitas
unipolar
(Unipolar limb lead
Wilson)
Sandapan ekstremitas
unipolar adalah rekaman
perbedaan potensial
antara lengan kanan,
lengan kiri atau tungkai
kiri terhadap elektroda
indifferen yang potensial
nol, jadi sebenarnya
adalah rekaman
potensial dari bagian-
bagian tubuh tersebut.
· Sandapan aVR
Sandapan unipolar
lengan kanan yang
diperkuat
(augmented)
· Sandapan aVL
Sandapan unipolar
lengan kiri yang
diperkuat
(augmented)
· Sandapan aVF
Sandapan unipolar
tungkai kiri yang
diperkuat
(augmented)
Sandapan dada unipolar
(unipolar chest lead = V
Lead)
Adalah rekaman
potensial dari satu titik di
permukaan dada.
· Sandapan V1
Di intercosta ke-4
garis sternal kanan
· Sandapan V2
Intercosta ke-4 garis
sternal kiri
· Sandapan V3
Antara V2 dan V4
· Sandapan V4
Intercosta ke-5 garis
midclavikula kiri
· Sandapan V5
Intercosta ke-5 garis
aksilaris anterior kiri
· Sandapan V6
Intercosta ke-5 garis
midaksilaris kiri
GAMBARAN EKG NORMAL
Gambaran rekaman EKG
normal yaitu pada tiap
lead menggambarkan
gelombang P, QRS, dan T
yang sesuai dengan
ukuran fisiologis.
Gelombang P
Gelombang P
menggambarkan
aktivitas depolarisasi
atria.
Arah gelombang P
normal selalu positif di
sandapan II dan selalu
negatif di sandapan aVR
Nilai – nilai normal :
· Lebar kurang dari 3
mm (2,5 mm)
· Tinggi kurang dari 3
mm (0,11 detik)
Kepentingan :
1. Menandakan adanya
aktivitas atria
2. Menunjukkan arah
aktivitas atria
3. Menunjukkan tanda-
tanda hipertrofi
Catatan :
Karena arah impuls
gelombang P adalah
sejajar dengan sumbu
sandapan II dan karena
elektrode V1 terletak
paling dekat dengan
atrium kanan, maka
gelombang P dan
perubahan-
perubahannya paling
jelas terlihat di sandapan
II dan V1
Gelombang Ta
Gelombang Ta
menggambarkan proses
repolarisasi atria,
gelombang ini biasanya
tidak tampak karena
terlalu kecil dan tertutup
oleh kompleks QRS
Kompleks QRS
Menggambarkan seluruh
fase depolarisasi
ventrikel
Gelombang Q
Gelombang Q adalah
defleksi ke bawah yang
pertama dari kompleks
QRS yang
menggambarkan awal
dari fase depolarisasi
ventrikel.
Ciri-ciri gelombang Q :
a. Lebar kurang dari 0,04
detik (1 mm)
b. Dalamnya kurang dari
25% amplitudo
gelombang R
Gelombang Q juga dapat
menggambarkan adanya
nekrosis miokard (Infark
Miokard)
Gelombang R
Defleksi positif pertama
dari kompleks QRS yg
menggambarkan fase
depolarisasi ventrikel.
Prosedur Pemasangan
EKG
Persiapan Pasien
- Beri penjelasan
mengenai tindakan
dan tujuan tindakan
- Atur posisi pasien
terlentang,
- Anjurkan pasien untuk
tidak melakukan
gerakan selama
pemeriksaan
berlangsung
- Pertahankan privasi
pasien
Peralatan
- Alat EKG
- Kassa/tissue
- EKG jelli
- Bengkok
Pelaksanaan
1. Cuci tangan sebelum
melakukan tindakan
2. Buka dan longgarkan
pakaian atas pasien
3. Bila pasien
menggunakan
asesoris logam,
lepaskan
4. Bersihkan daerah
dada, pergelangan
kedua tangan dan
kedua kaki dengan
kapas alkohol
5. Lalu oleskan jellly
6. Pasang manset
elektroda pada kedua
lengan dan kaki
7. Sambung kabel merah
dilengan kanan,
kuning dilengan kiri,
hijau dikaki kiri &
hitam dikaki kanan.
8. Pasang elektroda dada
untuk merekam
precordial lead
dengan cara :
- V1 pada ICS 4 pada
garis sternum kanan
- V2 pada ICS 4 pada
garis sternum kiri
- V3 pertengahan V2 dan
V4
- V4 pada ICS 5 pada
midklavikula kiri
- V5 pada ICS 5 aksila
sebelah kiri depan
- V6 pada ICS 5 mid aksila
9. Nyalakan mesin EKG
10. Buat rekaman secara
berurutan sesuai
pemilihan lead
11. Bersihkan kembali
bekas alat
pemasangan
elektroda dengan
kassa atau tissue.
12. Buat identitas pasien
pada hasil rekaman,
t.a : nama, umur,
medrek, tanggal, jam
pemeriksaan
13. Alat-alat dibersihkan
kembali
14. Cuci tangan setelah
melakukan tindakan
Dokumentasi
Buat identitas
pasien pada hasil
rekaman, meliputi nama,
umur, medrek, tanggal,
jam pemeriksaan pada
hasil EKG pasien.
ECG (ElektroCardioGram)
Elektrokardiogram
(EKG) adalah grafik hasil
catatan potensial listrik
yang dihasilkan oleh
denyut jantung untuk
membantu dokter dalam
menentukan diagnosis
atau Merupakan suatu
proses untuk merekam
aktifitas listrik jantung
pada kertas grafik yang
bergerak.
Rekaman ini dibuat
dengan alat
elektrokardiograph
Elektrokardiograph
adalah suatu instrumen
yang digunakan dalam
merekan aktifitas listrik
jantung, dimana
pemasangannya di
lakukan di dada.
Rekaman EKG dapat
digunakan untuk
mendiagnosis adanya :
1. Hipertrofi atria dan
ventrikel
2. Infark miokard
3. Aritmia
4. Perikarditis
5. Efek obat – obatan
khususnya digitalis
6. Gangguan elektrolit
7. Beberapa penyakit
sistemik seperti
hipertiroid
Perawatan pasien
kardiovaskular
Pemasangan EKG pada
pasien dengan penyakit
jantung, perlu kita
perhatikan hal sebagai
berikut :
- Perhatikan respon
pasien, lihat dan
ukur tingkat
kecemasannya.
- Tirah baring (pada
pasien angina) utk
minimalkan nyeri,
lakukan dan pantau
sampai nyeri hilang.
- Pemenuhan kebutuhan
oksigen yang
maksimal, dengan
menyediakan
oksigen bagi pasien
untuk
memaksimalkan
oksigen ke dalam
jaringan.
Mesin EKG
Mesin EKG terdiri dari
komponen segai
berikut, yaitu :
a. Empat sadapan
ekstremitas
Lengan kanan
(Merah), Lengan kiri
(Kuning), Tungkai
kanan (Hijau) serta
tungkai kiri (Hitam)
b. Satu sadapan dada
Enam elektrode
berpenghisap dan
berperekat.
c. Gel Elektrode
Hal-hal yang harus
diperhatikan saat
memasang EKG
- Mesin standar 12
sadapan dapat
melakukan EKG
secara langsung,
sehingga sambung
semua sadapan
ekstremitas dan
dada sebelum
melaksanakan
pengukuran. Tetapi
biasanya diruangan,
dipakai mesin yang
satu saluran, ukur
dulu sadapan
ekstremitas lalu
sadapan dada satu
persatu.
- Sadapan ekstremitas
biasanya berlabel,
apabila tidak
sesuaikan dengan
kode warna yang
ada.Sambung
sadapan
ekstremitas dengan
tangan serta kaki
pasien. Diusakan
daerah yang tidak
berambut. Yaitu
didaerajh
pergelangan tangan
dan kaki.
- Setelah terpasang
dengan benar,
pastikan mesin
terkalibrasi dengan
baik. Dengan
mempertahankan
tombol pada angka
0. Ketinggian
rekaman awal
harus 10 kotak
kecil.
Elektrofisiologi Otot
Jantung
Muatan listrik sel otot
jantung sehat dalam
keadaan istirahat –
depolarisasi –
repolarisasi
Keadaan sel otot
Muatan listrik
Di luar sel Di dalam sel
Istirahat / repolarisasi Positif Negative
Depolarisasi negatif positif
- Fase depolarisasi yaitu
bagian yang terjadi
akibat penyebaran
rangsangan. Pada
EKG akan nampak
gelombang defleksi
penuh
- Fase repolarisasi yaitu
bagian yang terjadi
bila sel otot kembali
ke keadaan istirahat.
Pada EKG akan
nampak gambaran
isoelektris dan atau
sedikit gelombang
defleksi
Arah defleksi ditentukan
oleh :
1. Arah penyebaran
impuls depolarisasi
2. Letak elektroda
Arah
impuls
Arah
defleksi
Menuju
elektroda
(+)
Ke atas
(+)
Menjauhi
elektroda
(-)
Ke
bawah
(-)
Menuju
kemudian
menjauhi
elektroda
Bifasik
Ukuran – ukuran Dalam
Kertas EKG
Pada kertas EKG
terdapat kotak – kotak
dalam ukuran millimeter
(mm), dimana :
- 1 kotak kecil = 1
mm x 1 mm
- 1 kotak sedang = 5
mm x 5 mm
- Pada setiap 5 kotak
sedang terdapat
1 garis tanda
menunjukan
panjang kertas
EKG yaitu 5 x 5
mm = 25 mm
Pada rekaman EKG baku
telah ditetapkan bahwa:
a. Kecepatan rekaman :
25 mm/detik
b. Kekuatan voltage : 1
milivolt (mV) = 10
mm
Jadi ini berarti ukuran di
kertas EKG :
a. Pada garis horizontal
· Tiap 1 mm = 1/25
detik = 0,04
detik
· Tiap 5 mm = 5/25
detik = 0,20
detik
· Tiap 25 mm = 1,00
detik
b. Pada garis vertikal
· 1 mm = 0,10 mV
· 10 mm = 1,00 mV
SANDAPAN EKG (ECG
LEADS)
Untuk rekaman rutin
terdapat 12 sandapan,
yaitu :
a. 3 buah bipolar
standard lead (I, II
dan III)
b. 3 buah unipolar limb
lead (aVR, aVL, dan
aVF)
c. 6 buah unipolar chest
lead (V1 s.d V6)
Sandapan baku bipolar
(Bipolar standard lead
Einthoven)
· Sandapan I
Menggambarkan
perbedaan potensial
antara lengan kanan
(RA) dan lengan kiri
(LA), dimana LA
bermuatan lebih
positif dari RA
· Sandapan II
Menggambarkan
perbedaan potensial
antara lengan kanan
dan tungkai kiri (LL),
dimana LL
bermuatan lebih
positif dari RA
· Sandapan III
Menggambarkan
perbedaan potensial
antara lengan kiri
dan tungkai kiri,
dimana LL
bermuatan lebih
positif dari LA
Sandapan ekstremitas
unipolar
(Unipolar limb lead
Wilson)
Sandapan ekstremitas
unipolar adalah rekaman
perbedaan potensial
antara lengan kanan,
lengan kiri atau tungkai
kiri terhadap elektroda
indifferen yang potensial
nol, jadi sebenarnya
adalah rekaman
potensial dari bagian-
bagian tubuh tersebut.
· Sandapan aVR
Sandapan unipolar
lengan kanan yang
diperkuat
(augmented)
· Sandapan aVL
Sandapan unipolar
lengan kiri yang
diperkuat
(augmented)
· Sandapan aVF
Sandapan unipolar
tungkai kiri yang
diperkuat
(augmented)
Sandapan dada unipolar
(unipolar chest lead = V
Lead)
Adalah rekaman
potensial dari satu titik di
permukaan dada.
· Sandapan V1
Di intercosta ke-4
garis sternal kanan
· Sandapan V2
Intercosta ke-4 garis
sternal kiri
· Sandapan V3
Antara V2 dan V4
· Sandapan V4
Intercosta ke-5 garis
midclavikula kiri
· Sandapan V5
Intercosta ke-5 garis
aksilaris anterior kiri
· Sandapan V6
Intercosta ke-5 garis
midaksilaris kiri
GAMBARAN EKG NORMAL
Gambaran rekaman EKG
normal yaitu pada tiap
lead menggambarkan
gelombang P, QRS, dan T
yang sesuai dengan
ukuran fisiologis.
Gelombang P
Gelombang P
menggambarkan
aktivitas depolarisasi
atria.
Arah gelombang P
normal selalu positif di
sandapan II dan selalu
negatif di sandapan aVR
Nilai – nilai normal :
· Lebar kurang dari 3
mm (2,5 mm)
· Tinggi kurang dari 3
mm (0,11 detik)
Kepentingan :
1. Menandakan adanya
aktivitas atria
2. Menunjukkan arah
aktivitas atria
3. Menunjukkan tanda-
tanda hipertrofi
Catatan :
Karena arah impuls
gelombang P adalah
sejajar dengan sumbu
sandapan II dan karena
elektrode V1 terletak
paling dekat dengan
atrium kanan, maka
gelombang P dan
perubahan-
perubahannya paling
jelas terlihat di sandapan
II dan V1
Gelombang Ta
Gelombang Ta
menggambarkan proses
repolarisasi atria,
gelombang ini biasanya
tidak tampak karena
terlalu kecil dan tertutup
oleh kompleks QRS
Kompleks QRS
Menggambarkan seluruh
fase depolarisasi
ventrikel
Gelombang Q
Gelombang Q adalah
defleksi ke bawah yang
pertama dari kompleks
QRS yang
menggambarkan awal
dari fase depolarisasi
ventrikel.
Ciri-ciri gelombang Q :
a. Lebar kurang dari 0,04
detik (1 mm)
b. Dalamnya kurang dari
25% amplitudo
gelombang R
Gelombang Q juga dapat
menggambarkan adanya
nekrosis miokard (Infark
Miokard)
Gelombang R
Defleksi positif pertama
dari kompleks QRS yg
menggambarkan fase
depolarisasi ventrikel.
Prosedur Pemasangan
EKG
Persiapan Pasien
- Beri penjelasan
mengenai tindakan
dan tujuan tindakan
- Atur posisi pasien
terlentang,
- Anjurkan pasien untuk
tidak melakukan
gerakan selama
pemeriksaan
berlangsung
- Pertahankan privasi
pasien
Peralatan
- Alat EKG
- Kassa/tissue
- EKG jelli
- Bengkok
Pelaksanaan
1. Cuci tangan sebelum
melakukan tindakan
2. Buka dan longgarkan
pakaian atas pasien
3. Bila pasien
menggunakan
asesoris logam,
lepaskan
4. Bersihkan daerah
dada, pergelangan
kedua tangan dan
kedua kaki dengan
kapas alkohol
5. Lalu oleskan jellly
6. Pasang manset
elektroda pada kedua
lengan dan kaki
7. Sambung kabel merah
dilengan kanan,
kuning dilengan kiri,
hijau dikaki kiri &
hitam dikaki kanan.
8. Pasang elektroda dada
untuk merekam
precordial lead
dengan cara :
- V1 pada ICS 4 pada
garis sternum kanan
- V2 pada ICS 4 pada
garis sternum kiri
- V3 pertengahan V2 dan
V4
- V4 pada ICS 5 pada
midklavikula kiri
- V5 pada ICS 5 aksila
sebelah kiri depan
- V6 pada ICS 5 mid aksila
9. Nyalakan mesin EKG
10. Buat rekaman secara
berurutan sesuai
pemilihan lead
11. Bersihkan kembali
bekas alat
pemasangan
elektroda dengan
kassa atau tissue.
12. Buat identitas pasien
pada hasil rekaman,
t.a : nama, umur,
medrek, tanggal, jam
pemeriksaan
13. Alat-alat dibersihkan
kembali
14. Cuci tangan setelah
melakukan tindakan
Dokumentasi
Buat identitas
pasien pada hasil
rekaman, meliputi nama,
umur, medrek, tanggal,
jam pemeriksaan pada
hasil EKG pasien.

PROSEDUR PEMASANGAN KATETER DAN KONDOM KATETER

Tindakan
pemenuhan
kebutuhan
eliminasi urin
ini dilakukan
pada klien
yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan
eliminasi urin secara
mandiri di kamar kecil.
Tindakan ini dilkukan
dengan menggunakan tiga
cara yaitu dengan
menggunakan pispot
(penampung), kateter
(selang), dan kondom.
Penyakit ginjal utamanya
akan berdampak pada
sistem tubuh secara
umum. Salah satu yang
tersering ialah gangguan
urine. Gangguan urin yang
lainnya disebabkan oleh
Inkopenten outlet
kandung kemih,
penurunan kapasitas
kandung kemih,
penurunan tonus otot
kandung kemih,
kelemahan otot dasar
panggul.
Beberapa masalah yang
sering muncul anatara
lain :
1. Retensi
Ialah penumpukan urine
acuan kandung kemih dan
ketidaksanggupan
kandung kemih untuk
mengosongkan sendiri.
Kemungkinan disebabkan
oleh operasi pada daerah
abdomen bagian bawah,
kerusakan ateren,
penyumbatan spinkter.
Tanda-tanda yang
dimungkinkan akan terjadi
yaitu Ketidak nyamanan
daerah pubis, distensi dan
ketidaksanggupan untuk
berkemih, urine yang
keluar dengan intake tidak
seimbang, meningkatnya
keinginan
berkemih.rencana
tindakan yang akan
dilakukan biasanya
dengan latihan kembali
kandung kemih atau
pengkondisian kembali,
Ajarkan individu
meregangkan abdomen
dan melakukan manuver
vaiava’s, Ajarkan
manuver crede’s,
Ajarkan individu regangan
anal. Ajarkan individu
regangan anal. Catatan
masukan dan keluaran
teknik mana yang
digunakan untuk
menimbulkan berkemih.
2. Enuresis / Tinusis
Ialah keluarnya kencing
yang sering terjadi pada
anak-anak umumnya
malam hari. Kemungkinan
penyebabnya adalah
Kapasitas kandung kemih
lebih kecil dari normal,
Kandung kemih yang
iritable, Suasana
emosiaonal yang tidak
menyenangkan, ISK atau
perubahan fisik atau
revolusi.
Rencana tindakan yang
akan dilakukan untuk
pasien yang mengalami
enuresis adalah sebagai
berikut : Jelaskan sifat
enuresis pada orang tua
dan anak, Jelaskan pada
orang tua bahwa rasa
tidak setuju adalah hal
yang tidak menghentikan
enuresis tetapi akan
membuat anak jadi malu,
dan takut, Tawarkan
keyakinan pada anak
bahwa anak lain pu
membasahi tempat tidur
mereka dimalam hari.
Ajarkan juga pada mereka
beberapa hal sebagai
berikut : Beri dorongan
untuk menunda berkemih,
Menyuruh anak berkemih
sebelum tidur, Membatasi
cairan selama waktu tidur,
Jika anak terbangun
malam hari untuk
berkemih kuatkan
dorongan itu.
3. Inkontinensis
Ialah bak yang tidak
terkontrol. Jenis-jenisnya
ada dua yaitu
Inkontinensio Fungsional/
urge, Inkontinensia Stress,
Inkontinensia Total.
• Inkontinensio
Fungsional/urge
Ialah keadaan dimana
individu mengalami
inkontine karena kesulitan
dalam mencapai atau
ketidak mampuan untuk
mencapai toilet sebelum
berkemih.
Faktor penyebabnya
adalah : Kerusakan untuk
mengenali isyarat
kandung kemih,
Penurunan tonur kandung
kemih, Kerusakan
moviliasi, depresi, anietas,
lingkungan dan lanjut usia.
Rencana tindakan yang
akan dilakukan adalah :
Kaji kemundura sensori,
Kaji kemunduran motorik,
Kurangi hambatan
lingkungan, Ajarkan
toileting untuk individu
dengan kemundura
kognitif, Ajarkan toileting
untuk individu dengan
keterbatasan fungsi
tangan.
• Inkontinensia Stress
Ialah keadaan dimana
individu mengalami
pengeluaran urine segera
pada peningkatan dalam
tekanan intra abdomen.
Faktor penyebabnya
adalah : Inkomplet outlet
kandung kemih, Tingginya
tekanan infra abdomen,
Kelemahan atas peluis dan
struktur pengangga,
Lanjut usia.
Rencana tindakan yang
akan dilakukan adalah
sebagai berikut : Kaji pola
berkemih dan masukan
cairan, Latihan kekuatan
dengan latihan kegel,
Ajarkan untuk mengurangi
tekanan infra abdome,
Ajarkan untuk
menghentikan dan
memulai aliran urin tiap
kali berkemih.
• Inkontinensia Total.
Ialah keadaan dimana
individu mengalami
kehilangan urine terus
menerus yang tidak dapat
diperkirakan.
Faltorpenyebabnya
adalah : Penurunan
Kapasitas kandung kemih,
Penurunan isyarat
kandung kemih, Efek
pembedahan spinkter
kandung kemih,
Penurunan tonus kandung
kemih, Kelemahan otot
dasar panggul, Penurunan
perhatian pada isyarat
kandung kemih.
Rencana tindakan yang
akan dilakukan adalah
sebagai berikut :
Pertahankan hidrasi yang
optimal, Tingkatkan
berkemih, Berikan
motivasi untuk
meningkatkan kontrol
kandung kemih, Kaji
partisipasi individu dalam
program latihan ulang
kandung kemih, Kaji pola
berkemih, Ajarkan
pencegahan infeksi
saluran kemih.
4. Perubahan Pola
1. Frekuensi
Meningkatnya frekuensi
berkemih karena
meningkatnya cairan.
2. Urgency
Perasaan seseorang harus
berkemih.
3. Disaria
Adanya rasa sakit atau
kesulitan dalam berkemih.
4. Urinari Suprei
Keadaan yang mendesak
dimana produksi urine
sangat kurang.
PROSEDUR PEMENUHAN
KEBUTUHAN ELIMINASI URIN
MENGGUNAKAN URINAL
UNTUK BERKEMIH
• Tujuan
– Memenuhi kebutuhan
eliminasi perkemihan
• Alat dan bahan
– Urinal
– Pengalas
– Tisu
• Prosedur Kerja
– Jelaskan prosedur pada
klien
– Cuci tangan
– Pasang alat urinal di
bawah glutea
– Lepas pakaian bawah
pasien
– Letakkan urinak di
bawah bokong (untuk
wanita) atau di antara
kedua paha dengan ujung
penis masuk ke lubang
urinal (untuk pria)
– Anjurkan pasein untuk
berkemih
– Setelah selesai,
bersihkan dengan tisu
kamar mandi
– Rapikan alat
– Cuci tangan, catat
prosedur, warna dan
jumlah urine
KATETERISASI PERKEMIHAN
• Tujuan
– Menghilangkan
ketidaknyamanan karena
distensi kandung kemih
– Mendapatkan urine
steril untuk spesimen
– Pengkajian residu urine
– Penatalaksanaan pasien
yang dirawat karena
trauma medula spinalis,
gangguan neuromuskular
atau inkompeten kandung
kemih serta pascaoperasi
besar
– Mengatasi obstruksi
aliran urine
– Mengatasi retensi
perkemihan
• Alat dan bahan
– Sarung tangan steril
– Kateter steril (sesuai
dengan ukuran dan jenis)
– Duk steril
– Minyak pelumas / jeli
– Larutan pembersih
antiseptik (kapas
sublimat)
– Spuit yang berisi cairan
atau udara
– Perlak
– Pinset anatomi
– Bengkok
– Kantong penampung
urine
– Sampiran
• Prosedur kerja
– Pemasangan kateter
perkemihan pria
• Jelaskan prosedur
• Cuci tangan
• Pasang sampiran
• Pasang perlak
• Gunakan sarung tangan
steril
• Pasang duk steril
• Tangan kiri memegang
penis lalu prepusium
ditarik sedikit ke
pangkalnya dan bersihkan
dengan kapas sublimat
• Kateter diberi minyak
pelumas pada ujungnya ( +
12, 5 – 17, 5 cm) lalu
masukkan perlahan ( + 17,
5 – 20 cm) dan sambil
anjurkan pasien menarik
napas dalam
• Jika tertahan jangan
dipaksa
• Setelah kateter masuk,
isi balon dengan cairan
aquades atau sejenisnya
untuk kateter menetap,
dan bila intermiten tarik
kembali sambil pasien
diminta untuk menarik
napas dalam
• Sambung kateter
dengan kantung
penampung dan fiksasi ke
arah atas paha/abdomen
• Rapikan alat
• Cuci tangan setelah
prosedur dilaksanakan
• Catat prosedur dan
respons pasien
– Pemasangan kateter
perkemihan wanita
• Jelaskan prosedur
• Cuci tangan
• Pasang sampiran
• Pasang perlak
• Gunakan sarung tangan
steril
• Pasang duk steril di
sekitar alat genital
• Bersihkan vulva dengan
kapas sublimat dengan
arah dari atas ke bawah
(kurang lebih 3 kali hingga
bersih)
• Buka labia mayora
dengan ibu jari dan
telunjuk tangan kiri dan
bersihkan bagian dalam
• Kateter diberi minyak
pelumas pada ujungnya ( +
2, 5 – 5 cm) lalu masukkan
perlahan dan minta pasien
menarik napas dalam,
masukkan (2, 5 – 5 cm)
atau hingga urine keluar
• Setelah selesai isi balon
dengan cairan aquades
atau sejenisnya dengan
menggunakan spuit untuk
kateter menetap dan bila
intermiten tarik kembali
sambil pasien menarik
napas dalam
• Sambung kateter
dengan kantong
penampung urine dan
fiksasi ke arah samping
• Cuci tangan setelah
prosedur dilaksanakan
• Catat prosedur dan
respons pasien
MEMASANG KONDOM
KATETER
• Tujuan
– Mempertahankan
higiene perineal pasien
inkontinesia
– Mempertahankan
eliminasi perkemihan
• Alat dan bahan
– Sarung tangan
– Air sabun
– Pengalas
– Kateter kondom
– Kantong penampung
urine
– Sampiran
Prosedur kerja
– Jelaskan prosedur
– Cuci tangan
– Pasang sampiran
– Pasang perlak
– Gunakan sarung tangan
– Atur posisi pasien
telentang
– Bersihkan daerah
genitalia dengan air sabun,
bilas dengan air hingga
bersih kemudian
keringkan
– Lakukan pemasangan
kondom dengan disisakan
2, 5 – 5 cm ruang antara
glans penis dengan ujung
kondom
– Lekatkan pangkal
kateter dengan perekat
elastis dan jangan terlalu
ketat
– Hubungkan ujung
kondom kateter dengan
kantong penampung urine
– Rapikan alat
– Catat prosedur dan
respons pasien

PROSEDUR PEMASANGAN NGT

Pemasangan Slang
Nasogastrik (NGT)
Insersi slang nasogastrik
meliputi pemasangan
slang plastik lunak melalui
nasofaring klien ke dalam
lambung. Slang
mempunyai lumen
berongga yang
memungkinkan baik
pembuangan sekret
gastrik dan pemasukan
cairan ke dalam lambung.
PERALATAN
1. Slang nasogastrik (ukuran
14-18 fr)
2. Pelumas/ jelly
3. Spuit berujung kateter 60
ml
4. Stetoskop
5. lampu senter/ pen light
6. klem
7. Handuk kecil
8. Tissue
9. Spatel lidah
0. Sarung tangan dispossible
1. Plester
2. Nierbekken
3. Bak instrumen
TUJUAN
memungkinkan dukungan
nutrisi melalui saluran
gastrointestinal
memungkinkan evakuasi
isi lambung
menghilangkan mual
HASIL YANG DIHARAPKAN
Klien menambah berat
badannya 1/2 sampai 1 kg
per minggu
Klien tidak mempunyai
keluhan mual atau muntah
PENGKAJIAN
Pengkajian harus berfokus
pada:
1. Instruksi dokter tentang
tipe slang dan penggunaan
slang
2. Ukuran slang yang
digunakan sebelumnya,
jika ada
3. Riwayat masalah sinus
atau nasal
4. Distensi abdomen, nyeri
atau mual
LANGKAH PELAKSANAAN
1. Cuci tangan dan atur
peralatan
2. Jelaskan prosedur pada
klien
3. Bantu klien untuk posisi
semifowler
4. Berdirilah disisi kanan
tempat tidur klien bila
anda bertangan dominan
kanan(atau sisi kiri bila
anda bertangan dominan
kiri)
5. Periksa dan perbaiki
kepatenan nasal:Minta
klien untuk bernafas
melalui satu lubang hidung
saat lubang yang lain
tersumbat, ulangi pada
lubang hidung yang lain,
Bersihkan mukus dan
sekresi dari hidung dengan
tissue lembab atau lidi
kapas
6. Tempatkan handuk mandi
diatas dada klien.
Pertahankan tissue wajah
dalam jangkauan klien
7. Gunakan sarung tangan
8. Tentukan panjang slang
yang akan dimasukkan
dan ditandai dengan
plester.
Ukur jarak dari lubang
hidung ke daun telinga,
dengan menempatkan
ujung melingkar slang
pada daun telinga;
Lanjutkan pengukuran
dari daun telinga ke
tonjolan sternum; tandai
lokasi tonjolan sternum di
sepanjang slang dengan
plester kecil
9. Minta klien
menengadahkan kepala,
masukkan selang ke
dalam lubang hidung yang
paling bersih
0. Pada saat anda
memasukkan slang lebih
dalam ke hidung, minta
klien menahan kepala dan
leher lurus dan membuka
mulut
1. Ketika slang terlihat dan
klien bisa merasakan
slang dalam faring,
instruksikan klien untuk
menekuk kepala ke depan
dan menelan
2. Masukkan slang lebih
dalam ke esofagus dengan
memberikan tekanan
lembut tanpa memaksa
saat klien menelan (jika
klien batuk atau slang
menggulung di
tenggorokan, tarik slang
ke faring dan ulangi
langkah-langkahnya),
diantara upaya tersebut
dorong klien untuk
bernafas dalam
3. Ketika tanda plester pada
selang mencapai jalan
masuk ke lubang hidung,
hentikan insersi selang
dan periksa
penempatannya:minta
klien membuka mulut
untuk melihat slang,
Aspirasi dengan spuit dan
pantau drainase lambung,
tarik udara ke dalam spuit
sebanyak 10-20 ml
masukkan ke selang dan
dorong udara sambil
mendengarkan lambung
dengan stetoskop jika
terdengar gemuruh,
fiksasi slang.
4. Untuk mengamankan
slang: gunting bagian
tengah plester sepanjang
2 inchi, sisakan 1 inci tetap
utuh, tempelkan 1 inchi
plester pada lubang
hidung, lilitkan salah satu
ujung, kemudian yang lain,
satu sisi plester lilitan
mengitari slang
5. Plesterkan slang secara
melengkung ke satu sisi
wajah klien. Pita karet
dapat digunakan untuk
memfiksasi slang.
DOKUMENTASI
Catat hal-hal berikut pada
lembar dokumentasi:
Tanggal dan waktu insersi
slang
Warna dan jumlah
drainase
ukuran dan tipe slang
Toleransi klien terhadap
prosedur

PLAGUE/PENYAKIT PES

Penyebaran penyakit
plague/pes
Plague, disebut juga
penyakit pes, adalah
infeksi yang disebabkan
bakteri Yersinia pestis (Y.
pestis) dan ditularkan oleh
kutu tikus (flea),
Xenopsylla cheopis. Selain
jenis kutu tersebut,
penyakit ini juga
ditularkan oleh kutu jenis
lain. Di Indonesia dan
negara2 Asia Tenggara
kutu carrier plague adalah
Xenophylla astia. Penyakit
ini menular lewat gigitan
kutu tikus, gigitan/
cakaran binatang yang
terinfeksi plague, dan
kontak dengan tubuh
binatang yang terinfeksi.
Kutu yang terinfeksi dapat
membawa bakteri ini
sampai berbulan2
lamanya. Selain itu pada
kasus pneumonic plague,
penularan terjadi dari dari
percikan air liur penderita
yang terbawa oleh udara.
Jenis2 plague dan
gejalanya pada manusia
Ada 3 jenis penyakit
plague yaitu:
Bubonic plague : Masa
inkubasi 2-7 hari.
Gejalanya kelenjar getah
bening yang dekat dengan
tempat gigitan binatang/
kutu yang terinfeksi akan
membengkak berisi cairan
(disebut Bubo). Terasa
sakit apabila ditekan.
Pembengkakan akan
terjadi. Gejalanya mirip
flu, demam, pusing,
menggigil, lemah, benjolan
lunak berisi cairan di di
tonsil/adenoid (amandel),
limpa dan thymus. Bubonic
plague jarang menular
pada orang lain.
Septicemic plague :
Gejalanya demam,
menggigil, pusing, lemah,
sakit pada perut, shock,
pendarahan di bawah kulit
atau organ2 tubuh lainnya,
pembekuan darah pada
saluran darah, tekanan
darah rendah, mual,
muntah, organ tubuh tidak
bekerja dg baik. Tidak
terdapat benjolan pada
penderita. Septicemic
plague jarang menular
pada orang lain.
Septicemic plague dapat
juga disebabkan Bubonic
plague dan Pneumonic
plague yang tidak diobati
dengan benar.
Pneumonic plague : Masa
inkubasi 1-3 hari.
Gejalanya pneumonia
(radang paru2), napas
pendek, sesak napas,
batuk, sakit pada dada. Ini
adalah penyakit plague
yang paling berbahaya
dibandingkan jenis
lainnya. Pneumonic plague
menular lewat udara, bisa
juga merupakan infeksi
sekunder akibat Bubonic
plague dan Septicemic
plague yang tidak diobati
dengan benar.
Binatang yang dapat
menjadi pembawa plague
Semua binatang pengerat
(tikus, marmut, hamster,
tupai, dll), kucing, anjing,
kelinci, rusa, kambing dll.
Gejala plague pada kucing
Demam, muntah, diare,
kondisi bulu yang buruk,
lidah membengkak, luka
pada mulut (sariawan),
terdapat kotoran pada
mata.
Diagnosa plague
Diagnosa dilakukan
dengan mengambil cairan
dari bubo, dahak (pada
pneumonic plague) dan tes
darah. Tes darah diulang
setelah 10-14 hari.
Pengobatan plague
Plague pada manusia dan
kucing dapat diobati
dengan Streptomycin,
Tetracyclin, Doxycyclin,
Gentamycin.
Streptomycyn dosis tinggi
terbukti lebih efektif
mengobati plague.
Penicilin tidak efektif
untuk penyakit plague.
Diazepam diberikan untuk
mengurangi rasa lelah.
Heparin biasanya
diberikan apabila terdapat
gejala pembekuan darah.
Pencegahan plague
1. Orang2/binatang di sekitar
penderita plague harus
diobati dg antibiotic
selambat2nya 7 hari
setelah kontak dg
penderita.
3. Memakai sarung tangan,
baju panjang, masker, dan
goggle (kacamata) pd
waktu kontak dg
penderita plague
4. Tidak mengijinkan kucing
makan tikus, kelinci atau
binatang hidup berdarah
panas lainnya.
5. Tidak mengijinkan kucing
bermain di luar rumah,
terutama di daerah yg
banyak terdapat sarang
tikus.
6. Mengontrol populasi tikus
dan kutu di lingkungan
anda.
7. Vaksinasi plague apabila
akan bepergian ke daerah
epidemi plague.

PLAGUE/PENYAKIT PES

Penyebaran penyakit
plague/pes
Plague, disebut juga
penyakit pes, adalah
infeksi yang disebabkan
bakteri Yersinia pestis (Y.
pestis) dan ditularkan oleh
kutu tikus (flea),
Xenopsylla cheopis. Selain
jenis kutu tersebut,
penyakit ini juga
ditularkan oleh kutu jenis
lain. Di Indonesia dan
negara2 Asia Tenggara
kutu carrier plague adalah
Xenophylla astia. Penyakit
ini menular lewat gigitan
kutu tikus, gigitan/
cakaran binatang yang
terinfeksi plague, dan
kontak dengan tubuh
binatang yang terinfeksi.
Kutu yang terinfeksi dapat
membawa bakteri ini
sampai berbulan2
lamanya. Selain itu pada
kasus pneumonic plague,
penularan terjadi dari dari
percikan air liur penderita
yang terbawa oleh udara.
Jenis2 plague dan
gejalanya pada manusia
Ada 3 jenis penyakit
plague yaitu:
Bubonic plague : Masa
inkubasi 2-7 hari.
Gejalanya kelenjar getah
bening yang dekat dengan
tempat gigitan binatang/
kutu yang terinfeksi akan
membengkak berisi cairan
(disebut Bubo). Terasa
sakit apabila ditekan.
Pembengkakan akan
terjadi. Gejalanya mirip
flu, demam, pusing,
menggigil, lemah, benjolan
lunak berisi cairan di di
tonsil/adenoid (amandel),
limpa dan thymus. Bubonic
plague jarang menular
pada orang lain.
Septicemic plague :
Gejalanya demam,
menggigil, pusing, lemah,
sakit pada perut, shock,
pendarahan di bawah kulit
atau organ2 tubuh lainnya,
pembekuan darah pada
saluran darah, tekanan
darah rendah, mual,
muntah, organ tubuh tidak
bekerja dg baik. Tidak
terdapat benjolan pada
penderita. Septicemic
plague jarang menular
pada orang lain.
Septicemic plague dapat
juga disebabkan Bubonic
plague dan Pneumonic
plague yang tidak diobati
dengan benar.
Pneumonic plague : Masa
inkubasi 1-3 hari.
Gejalanya pneumonia
(radang paru2), napas
pendek, sesak napas,
batuk, sakit pada dada. Ini
adalah penyakit plague
yang paling berbahaya
dibandingkan jenis
lainnya. Pneumonic plague
menular lewat udara, bisa
juga merupakan infeksi
sekunder akibat Bubonic
plague dan Septicemic
plague yang tidak diobati
dengan benar.
Binatang yang dapat
menjadi pembawa plague
Semua binatang pengerat
(tikus, marmut, hamster,
tupai, dll), kucing, anjing,
kelinci, rusa, kambing dll.
Gejala plague pada kucing
Demam, muntah, diare,
kondisi bulu yang buruk,
lidah membengkak, luka
pada mulut (sariawan),
terdapat kotoran pada
mata.
Diagnosa plague
Diagnosa dilakukan
dengan mengambil cairan
dari bubo, dahak (pada
pneumonic plague) dan tes
darah. Tes darah diulang
setelah 10-14 hari.
Pengobatan plague
Plague pada manusia dan
kucing dapat diobati
dengan Streptomycin,
Tetracyclin, Doxycyclin,
Gentamycin.
Streptomycyn dosis tinggi
terbukti lebih efektif
mengobati plague.
Penicilin tidak efektif
untuk penyakit plague.
Diazepam diberikan untuk
mengurangi rasa lelah.
Heparin biasanya
diberikan apabila terdapat
gejala pembekuan darah.
Pencegahan plague
1. Orang2/binatang di sekitar
penderita plague harus
diobati dg antibiotic
selambat2nya 7 hari
setelah kontak dg
penderita.
3. Memakai sarung tangan,
baju panjang, masker, dan
goggle (kacamata) pd
waktu kontak dg
penderita plague
4. Tidak mengijinkan kucing
makan tikus, kelinci atau
binatang hidup berdarah
panas lainnya.
5. Tidak mengijinkan kucing
bermain di luar rumah,
terutama di daerah yg
banyak terdapat sarang
tikus.
6. Mengontrol populasi tikus
dan kutu di lingkungan
anda.
7. Vaksinasi plague apabila
akan bepergian ke daerah
epidemi plague.

CACAR AIR

Cacar Air
Penyakit ini
merupakan penyakit
kulit yang cepat
menular, timbulnya
tiba-tiba dan paling
sering terjadi pada
anak-anak namun
bisa juga mengenai
orang dewasa.
Penyakit ini timbul
pada penderita yang
daya tahan
tubuhnya turun.
Pada penderita yang
memiliki daya tahan
tubuh yang sehat,
gejala yang
ditimbulkan tidak
separah dan
berlangsung singkat
dibandingkan
dengan penderita
dengan daya tahan
tubuh yang buruk.
Penyakit cacar air
atau yang dikenal
dengan varisela
bisasanya ditandai
dengan keluhan
tubuh mendadak
lemas, tak mau
makan, demam, dan
gatal-gatal.
Penyebab cacar air
adalah virus
varicella-zoster.
Virus ini ditularkan
melalui percikan
ludah penderita, bisa
juga melalui kontak
langsung dengan
cairan dari lepuhan
kulit penderita atau
secara tidak
langsung melalui
benda-benda yang
terkontaminasi oleh
sairan lepuhan
penderita.
Masa inkubasi
penyakit cacar air
berlangsung 17-21
hari. Pada penderita
muda, stadium
sebelum muncul
kelainan kulit
muncul (prodormal)
jarang dijumpai.
Sedangkan pada
anak-anak yang
lebih besar dan pada
penderita dewasa,
kelainan kulit ini
sering didahului
stadium prodromal.
Pada stadium
prodromal banyak
orang “terkecoh”
dengan penyakit ini.
Gejala tubuh lemas,
demam, malas
makan, mirip
dengan gejala
banyak penyakit lain
seperti flu atau
campak. Baru
setelah muncul
erupsi atau kelainan
pada kulit, gejala
khas penyakit cacar
air mulai jelas.
Gejala berikutnya
timbul ruam-ruam
merah pada
awalnya dan
kemudian beberapa
jam kemudian
timbul lepuhan.
Bentuk lepuhan ini
khas yaitu seperti
tetesan embun (tear
drops). Apabila kita
diperhatikan, bentuk
lepuhan ini rata,
tidak ada lekukan di
tengahnya
(unumbilicated
vesicle). Kalau ada
lekukan di tengah
lepuhan, biasanya
bukan cacar air.
Jadi, jika terlihat
ada lepuhan, dan
mulainya dari bagian
tengah badan ke
samping, didahului
oleh gejala lemas,
demam disertai
napsu makan
menurun, maka kita
sudah harus
memikirkan
kemungkinan anak
terkena cacar air.
Apalagi jika sekitar 2
minggu sebelumnya
ada kontak dengan
penderita cacar air.
Bintik bintik ini
dapat mengenai
kulit dan mukosa
yaitu bisa mengenai
badan, muka dan
bagian tubuh yang
lain.
Jika lepuhan ini
digaruk, maka ia
akan pecah dan
terbuka. Akibatnya,
kulit tidak lagi
mempunyai
perlindungan dan
bisa kemasukan
bakteri. Misalnya,
jika mandi dengan
air yang tidak bersih
maka akan terjadi
infeksi sekunder
akibat bakteri. Kalau
infeksi seperti ini
terjadi, berarti
penyakit virus cacar
air akan ditambah
dengan penyakit
bakteri kulit.
Penyembuhannya
pun tidak lagi primer
dan biasanya akan
mengakibatkan
terbentuknya
jaringan ikat (scar)
yang akan
meninggalkan
bekas. Hal ini yang
mungkin dulu
menyebabkan orang
tua melarang
anaknya yang kena
cacar air untuk
mandi.
Penularan cacar air
sebetulnya sudah
dimulai sebelum
timbulnya kelainan
kulit yaitu pada
masa inkubasi
dimana 24 jam
sebelum erupsi
sudah menulari.
Selama itu, ia akan
menulari terus. Jadi,
jangan dianggap
kalau sudah sembuh
tidak menularkan.
Menurut penelitian,
sekitar 12 hari
setelah sembuh,
baru aman. Tapi
agar lebih aman,
sebaiknya 3 minggu
setelah sembuh
jangan melakukan
kontak, supaya
tidak tertular atau
menularkan.
Komplikasi penyakit
ini pada anak-anak
umumnya jarang
timbul dan lebih
sering pada orang
dewasa yang dapat
mengenai otak
(ensefalitis), paru-
paru (pneumonia),
ginjal
(glomerulonefritis),
jantung (karditis),
hati (hepatitis),
bahkan kematian
jika kondisi daya
tahan tubuh
penderita sangat
buruk. Infeksi yang
timbul pada
trisemester
pertama kehamilan
dapat menimbulkan
kelainan bawaan.
Pengobatan
Tidak ada terapi
yang spesifik untuk
cacar air. Apabila
demam dapat
diberikan obat
penurun panas.
Untuk mengurangi
rasa gatal dapat
diberikab bedak
yang ditambah
dengan zat anti
gatal (mengandung
mentol, kamfora).
Bedak ini selain
mengurangi rasa
gatal juga
mencegah pecahnya
lepuhan secara dini.
Jika timbul infeksi
sekunder dapat
diberikan
antibiotika.
Siapapun yang
belum terkena
penyakit ini, akan
terjangkit.
Sedangkan siapapun
yang sudah terkena
penyakit ini
dianggap kebal dan
tidak memerlukan
vaksin. Lama
perlindungan dari
vaksin ini belum
dapat diketahui
dengan pasti,
meskipun demikian
vaksinasi ulangan
dapat diberikan
setelah 4-6 tahun.
Program Imunisasi
Nasional
memberikan
imunisasi secara
gratis bagi bayi yang
berusia 18 bulan
yang belum pernah
menderita infeksi
cacar air
sebelumnya dan
dosis ketinggalan
untuk anak remaja
di kelas 7 sekolah
menengah yang
juga belum pernah
menderita cacar air
dan divaksinasi
sebelumnya.
Dengan perawatan
yang teliti dan
memperhatikan
higiene memberikan
hasil yang baik dan
jaringan parut yang
timbul sangat
sedikit

DETEKSI KANKER SERVIKS SECARA DINI DG PAP SMEAR

Pap Smear? Suatu metode
dimana dilakukan
pengambilan sel dari
mulut rahim kemudian di
periksa di bawah
mikroskop. Pada
pemeriksaan biasanya
dapat ditentukan apakah
sel yang ada di mulut
rahim masih normal,
berubah menuju kanker,
atau telah berubah
menjadi sel kanker. Selain
itu, infeksi dan inflamasi
mulut rahim juga dapat
ditentukan dari
pemeriksaan ini. Metode
ini juga disebut Pap Test
atau Papanicolaou Smear
(sesuai nama penemunya
George Papanicolaou).
Manfaat Pap Smear? Pap
Smear berguna untuk
mendeteksi secara dini
kanker mulut rahim
(karsinoma serviks).
Kanker mulut rahim yang
ditemukan pada stadium
dini atau masih terbatas di
daerah mulut rahim,
relatif lebih mudah
pengobatannya dan
mempunyai kemungkinan
lebih besar untuk sembuh,
dibanding dengan kanker
mulut rahim stadium
lanjut.
Siapa Aja yang sebaiknya
diperiksa Pap Smear?
Setiap wanita yang telah
berumur 18 tahun, atau
wanita yang telah aktif
secara seksual.
Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan setiap tahun
walaupun tidak ada gejala
kanker. Pemeriksaan
dilakukan lebih dari
setahun jika sudah
mencapai umur 65 tahun
atau tiga pemeriksaan
berturut-turut
sebelumnya menunjukkan
hasil normal. Pemeriksaan
lebih sering dilakukan
pada wanita yang
mempunyai lebih dari satu
pasangan, telah
berhubungan seksual
sejak remaja, mempunyai
penyakit kelamin,
merokok, dan ada infeksi
Human Papilloma Virus.
Bagaimana Prosedur Pap
Smear?
1. Operator akan
menjelaskan prosedur
yang akan dilakukan.
Tidur telentang dengan
kedua kaki berada pada
penyangga kaki di kiri dan
kanan tempat tidur.
2. Operator akan memeriksa
apakah ada
pembengkakan, luka,
inflamasi, atau gangguan
lain pada alat kelamin
bagian luar.
3. Memasukkan instrumen
metal atau plastik yang
disebut spekulum ke
dalam vagina. Tujuannya
agar mulut rahim dapat
leluasa terlihat.
4. Dengan swab atau spatula
kayu, atau semacam sikat,
operator mengambil sel
pada saluran mulut rahim,
pada puncak mulut rahim,
dan pada daerah peralihan
mulut rahim dan vagina.
5. Operator akan meletakkan
sel-sel tersebut pada kaca
obyek yang kemudian
akan dikirim ke
laboratorium untuk
diperiksa.
6. Spekulum kemudian
dilepaskan.
7. Operator biasanya akan
melanjutkan memeriksa
ovarium, uterus, vagina,
tuba fallopi, dan rektal
(anus) dengan tangannya.
Pemeriksaan Pap Smear
tidak membutuhkan
pembiusan, baik bius lokal
maupun bius umum.
Jika pada Pap Smear
ditemukan gambaran sel
yang tidak normal maka
akan dilakukan biopsi
(pengambilan sedikit
jaringan mulut rahim)
untuk pemeriksaan
mikroskop lebih lanjut.
Pemeriksaan biopsi
berguna untuk
mengkonfirmasi hasil
pemeriksaan Pap Smear.

ASKEP KLIEN DENGAN GANGREN

Gangren atau pemakan
luka didefinisikan sebagaii
jaringan nekrosis atau
jaringan mati yang
disebabkan oleh adanya
emboli pembuluh darah
besar arteri pada bagian
tubuh sehingga suplai
darah terhenti. Dapat
terjadi sebagai akibat
proses inflamasi yang
memanjang; perlukaan
(digigit serangga,
kecelakaan kerja atau
terbakar); proses
degeneratif
(arteriosklerosis) atau
gangguan metabolik
diabetes mellitus (Tabber,
dikutip Gitarja, 1999).
Ganggren diabetik adalah
nekrosis jaringan pada
bagian tubuh perifer
akibat penyakit diabetes
mellitus. Biasanya gangren
tersebut terjadi pada
daerah tungkai. Keadaan
ini ditandai dengan
pertukaran sekulitis dan
timbulnya vesikula atau
bula yang hemoragik
kuman yang biasa
menginfeksi pada gangren
diabetik adalah
streptococcus (Soeatmaji,
1999). Faktor resiko
terjadinya gangren
diabetik Berbagai faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi timbulnya
gangren diabetik adalah
neuropati, iskemia, dan
infeksi. (Sutjahyo A, 1998 )
Iskemia disebabkan
karena adanya penurunan
aliran darah ke tungkai
akibat makroangiopati
( aterosklerosis ) dari
pembuluh darah besar di
tungkai terutama
pembuluh darah di daerah
betis. Angka kejadian
gangguan pembuluh darah
perifer lebih besar pada
diabetes millitus
dibandingkan dengan yang
bukan diabetes millitus.
Menurut Ari Sutjahjo
(1998 ) hal ini disebabkan
karena beberapa faktor.
Resiko lebih banyak
dijumpai pada diabetes
mellitus sehingga
memperburuk fungsi
endotel yang berperan
terhadap terjadinya
proses atherosklerosis.
Kerusakan endotel ini
merangsang agregasi
platelet dan timbul
trombosis, selanjutnya
akan terjadi penyempitan
pembuluh darah dan
timbul hipoksia. Ischemia
atau gangren pada kaki
diabetik dapat terjadi
akibat dari atherosklerosis
yang disertai trombosis,
pembentukan mikro
trombin akibat infeksi,
kolesterol emboli yang
bersal dari plak
atheromatous dan obat-
obat vasopressor.
Gambaran klinik yang
tampak adalah penderita
mengeluh nyeri tungkai
bawah waktu istirahat,
kesemutan, cepat lelah,
pada perabaan terasa
dingin, pulsasi pembuluh
darah kurang kuat dan
didapatkan ulkus atau
gangren. Adanya
neurophaty perifer akan
menyebabkan gangguan
sensorik maupun motorik.
Gangguan sensorik akan
menyebabkan hilangnya
atau menurunnya sensasi
nyeri pada kaki, sehingga
penderita akan mengalami
trauma tanpa terasa, yang
mengakibatkan terjadinya
atropi pada otot kaki
sehingga merubah titik
tumpu yang
mengakibatkan pula
terjadinya ulkus pada
kaki. Ulkus yang terjadi
pada kaki diabetik
umumnya diakibatkan
karena trauma ringan,
ulkus ini timbul didaerah-
daerah yang sering
mendapat tekanan atau
trauma pada telapak kaki,
hal ini paling sering terjadi,
didaerah sendi
metatarsofalangeal satu
dan lima didaerah ibu jari
kaki dan didaerah tumit.
Mula-mula inti penebalan
hiper keratotik dikulit
telapak kaki, kemudian
penebalan tersebut
mengalami trauma
disertai dengan infeksi
sekunder. Ulkus terjadi
makin lama makin dalam
mencapai daerah subkutis
dan tampak sebagaii sinus
atau kerucut bahkan
sampai ketulang. Infeksi
sendiri jarang merupakan
faktor tunggal untuk
terjadinya gangren.
Infeksi lebih sering
merupakan komplikasi
yang menyertai gangren
akibat ischemia dan
neuropathy. Ulkus
berbentuk bullae,
biasanya berdiameter
lebih dari satu sentimeter
dan terisi masa, sisa-sisa
jaringan tanduk, lemak
pus dan krusta diatas
dasar granulomatous.
Ulkus berjalan progresif
secara kronik, tidak terasa
nyeri tetapi kadang-
kadang ada rasa sakit
yang berasal dari struktur
jaringan yang lebih dalam
atau lebih luar dari luka.
Bila krusta dan produk-
produk ulkus dibersihkan
maka tampak ulkus yang
dalam seperti kerucut,
ulkus ini dapat lebih
progresif bila tidak diobati
dan dapat terjadi
periostitis atau
osteomyelitis oleh infeksi
sekunder akibatnya timbul
osteoporosis, osteolisis
dan destruktif tulang.
Gejala Umum Penderita
dengan gangren diabetik,
sebelum terjadi luka
keluhan yang timbul
adalah berupa kesemutan
atau kram, rasa lemah dan
baal pada tungkai dan
nyeri pada waktu
istirahat. Akibat dari
keluhan ini, maka apabila
penderita mengalami
trauma atau luka kecil hal
tersebut tidak dirasakan.
Luka tersebut biasanya
disebabkan karena
penderita tertusuk atau
terinjak paku kemudian
timbul gelembung-
gelembung pada telapak
kaki. Kadang menjalar
sampai punggung kaki
dimana tidak
menimbulkan rasa nyeri,
sehingga bahayanya
mudah terjadi infeksi pada
gelembung tersebut dan
akan menjalar dengan
cepat (Sutjahyo A, 1998 ).
Apabila luka tersebut tidak
sembuh-sembuh, bahkan
bertambah luas baru
penderita menyadari dan
mencari pengobatan.
Biasanya gejala yang
menyertai adalah
kemerahan yang makin
meluas, rasa nyeri makin
meningkat, panas badan
dan adanya nanah yang
makin banyak serta
adanya bau yang makin
tajam. Pengobatan dan
perawatan Pengobatan
dari gangren diabetik
sangat dipengaruhi oleh
derajat dan dalamnya
ulkus, apabila dijumpai
ulkus yang dalam harus
dilakukan pemeriksaan
yang seksama untuk
menentukan kondisi ulkus
dan besar kecilnya
debridement yang akan
dilakukan. Dari
penatalaksanaan
perawatan luka diabetik
ada beberapa tujuan yang
ingin dicapai, antara lain :
•Mengurangi atau
menghilangkan faktor
penyebab •Optimalisasi
suanana lingkungan luka
dalam kondisi lembab
•Dukungan kondisi klien
atau host (nutrisi, kontrol
DM, kontrol faktor
penyerta) •Meningkatkan
edukasi klien dan keluarga
Perawatan luka diabetik
Mencuci luka Mencuci luka
merupakan hal pokok
untuk meningkatkan,
memperbaiki dan
mempercepat proses
penyembuhan luka serta
menghindari kemungkinan
terjaadinya infeksi. Proses
pencucian luka bertujuan
untuk membuang jaringan
nekrosis, cairan luka yang
berlebihan, sisa balutan
yang digunakan dan sisa
metabolik tubuh pada
permukaan luka. Cairan
yang terbaik dan teraman
untuk mencuci luka adalah
yang non toksik pada
proses penyembuhan luka
(misalnya NaCl 0,9%).
Penggunaan
hidrogenperoxida,
hypoclorite solution dan
beberapa cairan
debridement lainnya,
sebaliknya hanya
digunakan pada jaringan
nekrosis / slough dan
tidak digunakan pada
jaringan granulasi. Cairan
antiseptik seperti provine
iodine sebaiknya hanya
digunakan saat luka
terinfeksi atau tubuh pada
keadaan penurunan
imunitas, yang kemudian
dilakukan pembilasan
kembali dengan saline.
(Gitarja, 1999 ).
Debridement Debridement
adalah pembuangan
jaringan nekrosis atau
slough pada luka.
Debridement dilakukan
untuk menghindari
terjadinya infeksi atau
selulitis, karena jaringan
nekrosis selalu
berhubungan dengan
adanya peningkatan
jumlah bakteri. Setelah
debridement, jumlah
bakteri akan menurun
dengan sendirinya yang
diikuti dengan
kemampuan tubuh secara
efektif melawan infeksi.
Secara alami dalam
keadaan lembab tubuh
akan membuang sendiri
jaringan nekrosis atau
slough yang menempel
pada luka (peristiwa
autolysis). Autolysis
adalah peristiwa
pecahnya atau rusaknya
jaringan nekrotik oleh
leukosit dan enzim
lyzomatik. Debridement
dengan sistem autolysis
dengan menggunakan
occlusive dressing
merupakan cara teraman
dilakukan pada klien
dengan luka diabetik.
Terutama untuk
menghindari resiko
infeksi. (Gitarja W, 1999;
hal. 16). Terapi Antibiotika
Pemberian antibiotika
biasanya diberikan peroral
yang bersifat
menghambat kuman gram
positip dan gram negatip.
Apabila tidak dijumpai
perbaikan pada luka
tersebut, maka terapi
antibiotika dapat
diberikan perparenteral
yang sesuai dengan
kepekaan kuman.
(Sutjahyo A, 1998 ). Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan
salah satu faktor penting
yang berperan dalam
penyembuhan luka.
Penderita dengan ganren
diabetik biasanya
diberikan diet B1 dengan
nilai gizi : yaitu 60% kalori
karbohidrat, 20% kalori
lemak, 20% kalori protein.
(Tjokroprawiro, A, 1998 ).
Pemilihan jenis balutan
Tujuan pemilihan jenis
balutan adalah memilih
jenis balutan yang dapat
mempertahankan suasana
lingkungan luka dalam
keadaan lembab,
mempercepat proses
penyembuhan hingga 50%,
absorbsi eksudat / cairan
luka yanag keluar
berlebihan, membuang
jaringan nekrosis / slough
(support autolysis ),
kontrol terhadap infeksi /
terhindar dari
kontaminasi, nyaman
digunakan dan
menurunkan rasa sakit
saat mengganti balutan
dan menurunkan jumlah
biaya dan waktu
perawatan (cost
effektive). Jenis balutan:
absorbent dressing,
hydroactive gel,
hydrocoloid. (Gitarja,
1999 ). Selain pengobatan
dan perawatan diatas,
perlu juga pemeriksaan Hb
dan albumin minimal satu
minggu sekali, karena
adanya anemia dan
hipoalbumin akan sangat
berpengaruh dalam
penyembuhan luka.
Diusahakan agar Hb lebih
12 g/dl dan albumin darah
dipertahankan lebih 3,5 g/
dl. Dan perlu juga
dilakukan monitor glukosa
darah secara ketat,
Karena bila didapatkan
peningkatan glukosa
darah yang sulit
dikendalikan, ini
merupakan salah satu
tanda memburuknya
infeksi yang ada sehingga
luka sukar sembuh. Untuk
mencegah timbulnya
gangren diabetik
dibutuhkan kerja sama
antara dokter, perawat
dan penderita sehingga
tindakan pencegahan,
deteksi dini beserta terapi
yang rasional bisa
dilaksanakan dengan
harapan biaya yang besar,
morbiditas penderita
gangren dapat ditekan
serendah-rendahnya.
Upaya untuk pencegahan
dapat dilakukan dengan
cara penyuluhan dimana
masing-masing profesi
mempunyai peranan yang
saling menunjang. Dalam
memberikan penyuluhan
pada penderita ada
beberapa petunjuk
perawatan kaki diabetik
(Sutjahyo A, 1998 ):
•Gunakan sepatu yang pas
dan kaos kaki yang bersih
setiap saat berjalan dan
jangan bertelanjang kaki
bila berjalan •Cucilah kaki
setiap hari dan keringkan
dengan baik serta
memberikan perhatian
khusus pada daerah sela-
sela jari kaki •Janganlah
mengobati sendiri apabila
terdapat kalus, tonjolan
kaki atau jamur pada kuku
kaki •Suhu air yang
digunakan untuk mecuci
kaki antara 29,5 – 30
derajat celsius dan diukur
dulu dengan termometer
•Janganlah menggunakan
alat pemanas atau botol
diisi air panas •Langkah-
langkah yang membantu
meningkatkan sirkulasi
pada ekstremitas bawah
yang harus dilakukan,
yaitu : - Hindari kebiasaan
merokok - Hindari
bertumpang kaki duduk -
Lindungi kaki dari
kedinginan - Hindari
merendam kaki dalam air
dingin •Gunakan kaos kaki
atau stoking yang tidak
menyebabkan tekanan
pada tungkai atau daerah
tertentu •Periksalah kaki
setiap hari dan laporkan
bila terdapat luka, bullae
kemerahan atau tanda-
tanda radang, sehingga
segera dilakukan tindakan
awal •Jika kulit kaki
kering gunakan pelembab
atau cream
B. PATHWAYS
Pathways dapat dilihat
disini
C. ANALISA DATA
NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
1
Diisi pada
saat
tanggal
pengkajian
Berisi data
subjektif dan
data objektif
yang didapat dari
pengkajian
keperawatan
masalah yang sedang
dialami pasien seperti
gangguan pola nafas,
gangguan
keseimbangan suhu
tubuh, gangguan pola
aktiviatas,dll
Etiologi
berisi
tentang
penyakit
yang
diderita
pasien
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan
melemahnya /
menurunnya aliran darah
ke daerah gangren akibat
adanya obstruksi
pembuluh darah.
Gangguan integritas
jaringan berhubungan
dengan adanya gangren
pada ekstrimitas.
Gangguan rasa nyaman
( nyeri ) berhubungan
dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/
berkurang
Keterbatasan mobilitas
fisik berhubungan dengan
rasa nyeri pada luka.
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake makanan yang
kurang.
Potensial terjadinya
penyebaran infeksi
( sepsis ) berhubungan
dengan tingginya kadar
gula darah.
Cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan tentang
penyakitnya.
Kurangnya pengetahuan
tentang proses penyakit,
diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan
dengan kurangnya
informasi
Gangguan gambaran diri
berhubungan dengan
perubahan bentuk salah
satu anggota tubuh.
Ganguan pola tidur
berhubungan dengan rasa
nyeri pada luka di kaki.
E. RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN PERENCANAAN
1
Gangguan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
melemahnya /
menurunnya
aliran darah
ke daerah
gangren
akibat adanya
obstruksi
pembuluh
darah
mempertahankan
sirkulasi perifer
tetap normal
Dengan Kriteria
Hasil :
- Denyut nadi
perifer teraba kuat
dan reguler
- Warna kulit
sekitar luka tidak
pucat/sianosis
- Kulit sekitar luka
teraba hangat.
- Oedema tidak
terjadi dan luka
tidak bertambah
parah.
- Sensorik dan
motorik membaik
1. Ajarkan pasien
untuk melakukan
mobilisasi
2. Ajarkan tentang
faktor-faktor yang
dapat
meningkatkan
aliran darah :
Tinggikan kaki
sedikit lebih rendah
dari jantung ( posisi
elevasi pada waktu
istirahat ), hindari
penyilangkan kaki,
hindari balutan
ketat, hindari
penggunaan bantal,
di belakang lutut
dan sebagainya.
3. Ajarkan tentang
modifikasi faktor-
faktor resiko
berupa :
Hindari diet tinggi
kolestrol, teknik
relaksasi,
menghentikan
kebiasaan merokok,
dan penggunaan
obat vasokontriksi.
4. Kerja sama dengan
tim kesehatan lain
dalam pemberian
vasodilator,
pemeriksaan gula
darah secara rutin
dan terapi oksigen
( HBO ).
2 Gangguan
integritas
jaringan
berhubungan
dengan
adanya
gangren pada
ekstrimitas.
Tercapainya proses
penyembuhan luka.
Kriteria Hasil :
1.Berkurangnya
oedema sekitar
luka.
2. pus dan jaringan
berkurang
3. Adanya jaringan
granulasi.
4. Bau busuk luka
berkurang.
1. Kaji luas dan
keadaan luka serta
proses
penyembuhan
2. Rawat luka dengan
baik dan benar :
membersihkan luka
secara abseptik
menggunakan
larutan yang tidak
iritatif, angkat sisa
balutan yang
menempel pada
luka dan nekrotomi
jaringan yang mati.
3. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian insulin,
pemeriksaan kultur
pus pemeriksaan
gula darah
pemberian anti
biotik.
3
Gangguan
rasa nyaman
( nyeri )
berhubungan
dengan
iskemik
jaringan.
rasa nyeri hilang/
berkurang
Kriteria Hasil :
1.Penderita secara
verbal mengatakan
nyeri berkurang/
hilang .
2. Penderita dapat
melakukan metode
atau tindakan
untuk mengatasi
atau mengurangi
nyeri .
3. Pergerakan
penderita
bertambah luas.
4. Tidak ada
keringat dingin,
tanda vital dalam
batas normal.( S :
36 – 37,5 0C, N: 60
– 80 x /menit, T :
100 – 130 mmHg,
RR : 18 – 20 x /
menit ).
1. Kaji tingkat,
frekuensi, dan
reaksi nyeri yang
dialami pasien.
2. Jelaskan pada
pasien tentang
sebab-sebab
timbulnya nyeri.
3. Ciptakan lingkungan
yang tenang
4. Ajarkan teknik
distraksi dan
relaksasi.
5. Atur posisi pasien
senyaman mungkin
sesuai keinginan
pasien.
6. Lakukan massage
dan kompres luka
dengan BWC saat
rawat luka.
7. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian